Selasa, 24 April 2012

MATEMATIKA UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



     Banyak orang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Walaupun demikian, semua orang harus mempelajari matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam bahasa, membaca dan menulis( Abdurrahman, M., 1996; Mercer dan Mercer, 1993 : 236). Banyak peserta didik dengan kesulitan belajar mengalami hambatan dalam mata pelajaran matematika, baik secara praktis maupun permasalahan emosional.mereka sering disebut sebagai anak dengan ketidakbermampuan matematis atau mathematically disable child (MD).
Kehidupan sehari-hari secara langsung memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan menghitung, misalnya saat kita berbelanja. Demikian pula, dalam lingkungan sekolah ternyata masalah-masalah serta kesulitan-kesulitan pelajaran matematika sering kali menjadi penyebab peserta didik selalu merasa gelisah dan takut. Berdasarkan hasil penelitian beberapa para ahli , menunjukkan bahwa peserta didik usia dini yang berkesulitan belajar matematika akan berlanjut sampai mereka bersekolah ditingkat sekolah dasar.




                                                    A.      Pendahuluan
Perkembangan yang semakin pesat dalam mengajarkan matematika bagi anak berkebutuhan khusus pada anak berkebutuhan khusus pada abad 20 mendorong para ahli memiliki pendapat yang sama tentang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar matematika serta mereka yang mempunyai hendaya, baik fisik maupun mental perlu diberikan pengajaran matematika.



B.      Model Prestasi dalam Norm Referenced Test
Jenis tes diagnosis berbentuk norm referenced test dapat memberikan tinjauan yang mendasar tentang prestasi peserta didik terhadap penguasaan matematika secara menyeluruh. Sampai saat ini, tes diagnosis yang dianggap cocok dalam pelajaran matematika bagi peserta didik berkebutuhan khusus adalah key math diagnostic arithmetic test. tes tersebut disusun secara perorangan pada tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah dasar untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung.
Key math diagnostic arithmetic test memberikan beberapa informasi kepada guru sebagai berikut:
1.      Nilai tingkat kesepadanan
2.      Adanya gambaran tentang kemampuan relative pada keempat belas subtesnya
3.      Memberikan gambaran setiap bentuk isi bagian tes
Key math diagnostic arithmetic test hampir tidak memerlukan kemampuan membaca dan menulis saat pengerjaan soal-soal. Kelemahan tes tersebut umumnya mampu menginterpretasikan  kemampuan terhadap dua peserta didik yang mendapatkan nilai dalam tingkat kesepadanan yang sama tetapi mereka melakukannya dengan bentuk tes yang berbeda.
1.      Model Tes Diagnosis
Beberapa alasan disusunnya model tes diagnosis bagi anak berkebutuhan khusus antara lain untuk memperbaiki ha berikut:
-          Menekankan pada analisis kesalahan
-          Latihan-latihan yang dilakukan tanpa adanya perbaikan merupakan hal yang tidak efektif dan berbahaya.
2.      Tiga Model Tes Diagnosis
Model tes diagnosis dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu model tes diagnosis dari Buswell dan John ( Buswell and John’s Diagnostic Test Model), model tes diagnosis dari Ashlock (Ashlock’s diagnostic test model), serta model tes diagnosis dari Cawley (Cawley’s diagnostic test model)

C.      Kadar Isi Pembelajaran Matematika
Pertanyaan tentang bahan-bahan pelajaran matematika yang perlu diajarkan kepada peserta didik dengan hambatan dalam mempelajari matematika, sampai sekarang belum terjawab. Ada dua pertimbangan yang melatarbelakangi hal tersebut. Pertama, perbedaan daya serap peserta didik yang berkelainan terhadap motivasi atau dorongan dari guru disbanding dengan teman-teman mereka yang normal. Kedua, saat ini banyak pertimbangan yang selalu berubah dalam tatanan social. Hal ini berarti dapat mengembangkan keluwesan bagi semua peserta didik, termasuk mereka yang tergolong anak berkebutuhan khusus.
Kedua faktor tersebut merupakan kenyataan yang perlu diperhatikan bagi kepentingan pembelajaran yang memerlukan fasilitas menyeluruh untuk diterapkan dan diperhitungan. Pembelajaran matematika bagi peserta didik berkelainan mental memerlukan bentuk-bentuk gabungan yang luas saat menyusun pokok bahasannya.

D.     Strategi-strategi Pembelajaran Matematika
Kurikulum digunakan untuk mengetahui tentang apa yang diajarkan dan isi muatannya. Ada beberapa model penyampaian pembelajaran yang telah berhasil diterapkan untuk peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu:
1.      Cawley ‘s interactive unit
Cawley dan vitello (1972) menyatakan tentang bentuk model pembelajaran berdasarkan atas Sembilan perbedaan interaksi perilaku antara guru dengan peserta didik.
2.      Applied Behavior Analysis (Penganalisisan terhadap Aplikasi Perilaku)
Penganalisisan terhadap aplikasi perilaku (ABA) merupakan suatu metodologi pembelajaran yang bercirikan, antara lain pengukuran secara langsung, pengukuran yang dilakukan sehari-hari, prosedur pembelajaran terletak pada kemampuan menirukan, analisis bersifat perorangan, dan diadakan penelitian terhadap percobaan yang diterapkan.
3.      Direct Instruction ( Pengajaran secara langsung)
Pengajaran secara langsung adalah suatu system mengajar yang menitikberatkan pada penggunaan atau tata cara kelompok kecil.  Pemberian pengajarannya bersifat tatap muka langsung antara guru dan murid yang dilakukan dengan menggunakan langkah yang disusun secara hati-hati (Becker, 1978 dalam kaufman dan Hallahan, 1986:475-489).
Kurikulum yang mendasari pendekatan model pengajaran secara langsung untuk 
a.      Aritmetika 1 meliputi dasar-dasar tentang penambahan dan pengurangan.
b.      Aritmetika 2 meliputi perkenalan bentuk perkalian dan pembagian.
c.       Aritmatika 3 meliputi aljabar secara sederhana, unsur, dan pembagian.
4.      Diagnostic atau perpective model ( model diagnosis atau pemberian petunjuk-petunjuk)
Pendekatan dengan perpective model dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pada format test teach atau tes ajar. Metode tersebut dilakukan untuk menentukan kemampuan yang telah atau belum dikuasai oleh peserta didik, kemudian program ini disesuaikan dengan perencanaannya.
5.      Curricular materials ( bahan-bahan pembuatan kurikulum)
Proyek math yang disponsori oleh Cawley, Fitzmaurice, Good Stein, Lepore, Sedlak  dan Althaus (1976, 1977) memberikan kemungkinan terbanyak u sentuk diterapkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam kurikulum matematika. Program proyek math telah dikembangkan lebih dari lima tahun. Program pada proyek math telah dibuat komposisi yang terdiri atas enam helai atau butir-butir yang meliputi sebagai berikut:
a.      Patterns atau pola
b.      Sets atau perangkat
c.       Numbers atau angka
d.      Fractions atau pecahan
e.      Geometry atau ilmu ukur
f.        Measurement atau pengukuran
Program-Program tersebut dibagi dalam empat tingkat berdasarkan tingkat kesulitan awal dari tingkat sekolah taman kanak-kanak hingga tingkat  enam sekolah dasar. Model pembelajaran yang dipakai adalah model interactive unit yang mana model tersebut memberikan batasan antara interaksi perilaku guru dengan peserta didiknya dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru mengarahkan keempat tingkatan secara sistematik kepada peserta didik untuk memecahkan soal-soal yang berkaitan  dengan cerita bermasalah. Bentuk lain kurikulum meliputi a domain referenced placement test dan individual and grouping monitoring forms. Kertas kerja untuk kegiatan latihan dipergunakan apabila ada kaitannya dengan pelajaran yang disampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))